Posted by : MQ Wednesday 24 July 2013







Jangan tanyakan padanya bagaimana rumus matematika atau apa itu pelajaran biologi dan fisika, tapi tanyakan padanya bagaimana menjadi Ayah sempurna, idaman setiap anak di dunia.


Umurnya tak lagi muda dan tubuhnya tak sekuat dulu lagi tapi semangatnya tak pernah pudar sedikitpun dari sejak awal memoriku bisa mengingatnya sampai detik ini. Dia lah Ayah ku, satu-satu nya lelaki yang aku cintai seumur hidupku. Baginya, anak-anaknya adalah hidupnya. Siang malam membanting tulang bekerja hanya untuk memenuhi cita-cita nya melihat anak-anak nya bisa menjadi manusia yang lebih dari dirinya.


aku di didik dan dibesarkan dengan gaya militer yang dimilikinya. Keras, tegas dan pantang menyerah ditanamkannya padaku sejak dini. Memang terkadang aku iri dengan teman-teman ku yang lain yang dimanja habis-habisan dengan harta dan materi dan bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan hanya dengan sekali meminta. Tapi aku bersyukur Ayah memberikanku pancing dari pada memberikan ikan disaat aku berkata lapar kepadanya.


Ayahku seorang pelatih voli maka ia melatihku menjadi seorang pemain voli. Dia juga seorang penembak terhebat di kesatuannya maka ia mengenalkanku pada senapan dan mengajariku bagaimana cara memegang senapan dan membidik sasaran dengan tepat. Dia pernah menjadi seorang supir komandannya selama beberapa tahun maka dia mengajariku bagaimana mengemudi yang baik. Ayah tidak mengenyam pendidikan yang tinggi maka iya memintaku untuk belajar dengan baik dan bersekolah setinggi-tingginya. Dengan bekerja keras dan susah payah dia mendapatkan kehidupan yang layak yang dimilikinya kini maka ia mengajariku bagaimana bisa menggunakan uang dengan bijak.


Diluar dari cara tegas dan kerasnya membesarkanku, dia tetap seorang manusia yang memiliki cinta terutama kepada anak-anaknya. Saat duduk di bangku SD aku pernah terserang penyakit dan harus menjalani rawat inap dan terapi dan Ayahlah yang menemani 2 minggu terberat dalam hidupku itu. Dia juga selalu ada dalam setiap pertandingan dan kejuaraan yang aku ikuti tanpa sepengetahuanku. Dia selalu memberikan ku hadiah disaat aku menjadi pemenang baik dalam kelas ataupun dilapangan dan juga selalu men-support ku disaat aku mengalami kekalahan.


Dia juga adalah orang yang berada dibelakang setiap keputusan-keputusan besar dalam hidupku seperti mendukungku saat kuputuskan keluar dari kebiasaan keluarga besarku yang menjadi pegawai negeri dan lebih memilih bekerja di swasta dan disaat aku memutuskan untuk jujur tentang kelesbianku kepada keluargaku, dialah satu-satunya orang yag memberikanku pelukan hangatnya disaat semua anggota keluarga lain menganggapku gila dan mengucilkanku.


Saking dekatnya aku dengan Ayah, aku terkadang suka tidur di sampingnya sambil memeluknya disaat aku mengalami mimpi buruk. Aku juga sering meminta disuapi makanan dari tangannya ketika aku melihatnya sedang makan nasi bahkan sampai saat ini setiap tengah malam Ayah selalu mampir ke kamarku untuk sekedar mematikan televisiku dan memastikan bahwa aku telah tertidur.


Aku terlalu malu untuk mengatakan secara langsung bahwa aku mencintaimu Ayah dan kamulah pahlawan hidupku. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayangmu, terima kasih untuk selalu ada untukku dan terima kasih karena telah menjadi Ayah yang baik untukku. Aku bangga padamu, Ayah